30 Macam Cacat Logika Yang Umum dan Contohnya
Ihsan Magazine - 30 Macam Cacat Logika Yang Umum ada di dunia ini dan sering terjadi bahkan disekitar kita dari teman, saudara bahkan keluarga terdekat. biasa juga disebut Logical Fallacy.
KESALAHAN logika, cacat logika, sesat logika, sesat pikir, fallacia atau logical fallacy adalah kesalahan dalam aktivitas berpikir karena penyalahgunaan bahasa (verbal) atau relevansi (materi). Berbagai kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis.
1. Bandwagon (rombongan kereta): Cacat logika membenarkan sesuatu karena melihat orang-orang mengamini atau melakukannya juga. Contoh, "Berkendara motor tanpa mengenakan helm enggak apa-apa karena orang-orang melakukannya."
2. Ad hominem: Cacat logika karena menyerang hal-hal pribadi yang tidak ada kaitannya dengan kasus yang sedang dibahas. Contoh, “Halah, anak kemarin sore kayak kamu tahu apa soal aturan lalu lintas. Urusin aja sekolah yang bener, jangan ngurusin pacaran mulu!”
3. Anecdotal: Cacat logika karena mempercayai pengalaman pribadi atau contoh yang sempit, alih-alih data valid. Contoh, “Enggak usah ngelarang-larang Papa ngerokok, deh. Engkong kamu aja ngerokok matinya tabrakan kok—bukan kanker.”
4. To quoque (disebut juga appeal to hypocrisy): Menghindari kritik dengan membalikkan kritik tersebut kepada pengkritik. Contoh, “Kok sembarangan menyebut film Dilan itu buruk, karya anak bangsa harusnya diapresiasi, dong. Memangnya kamu bisa bikin film?”
5. Ambiguity: Mencari-cari celah pada kata atau kalimat yang bersifat ambigu atau bisa diartikan lain. Contoh, “Isteri yang pandai mencari uang akan menyulitkan suami yang pandai menyimpan uang.” Karena suami mau naroh uang di mana aja bakal ketemu sama isterinya. (Isterinya Cak Lontong, nih!)
6. Strawman (orang-orangan sawah): Cacat logika karena menanggapi argumen orang lain dengan representasi berbeda. Contoh, “Sori Bro gue duluan, isteri nungguin di rumah, nih!” ditanggapi keliru dengan, “Kok buru-buru, takut amat sih lo sama isteri?” Pernah punya teman bangke kayak gini?
7. False cause: Menyimpulkan sebab suatu peristiwa (causation) dari hal-hal yang terjadi secara bersamaan atau berurutan (correlation). Contoh, lagi liat BORUTO di GTV, lalu adikmu datang dan tiba-tiba iklan. “Jiaaahh! Gara-gara kamu dateng sih, jadi iklan deh, tuh!”
8. Burden of proof: Meminta lawan bicara untuk membuktikan kalau klaim kita salah. Contoh, “Aku percaya tuyul itu ada; memangnya kamu bisa buktikan kalau tuyul itu tidak ada?” Lha, mana kita tahu, mestinya kamu sendiri yang memperkuat klaim dengan bukti-bukti, bukan membebankannya ke orang lain, sak aek kancut tuyul.
9. Circular reasoning: Argumen melingkar di mana A dianggap benar karena B benar, dan B adalah benar karena A benar. Contoh, “Agama paling benar adalah agama serbet, karena tertulis demikian pada serbet.” Analogi populer yang dikenal sebagai “the napkin religion”.
10. Association fallacy: Menerapkan citra bagi suatu kelompok berdasarkan citra seseorang, dan sebaliknya. Contoh, “Reinhard Sinaga seorang gay dan ia melakukan pelecehan seksual pada banyak korban, jadi gay itu pemerkosa; Habib itu cucu Rasulullah, jadi sudah pasti ia diperkenankan Allah dan kata-katanya selalu benar, atau; SEMUA LAKI-LAKI SAMA AJA!!”
11. Ad hominem circumstantial: Sedikit berbeda dengan Ad hominem (tipe abuse, poin 2). Ad hominem tipe circumstantial menyerang pribadi lawan bicara dari keyakinan dan latar belakangnya (SARA). Contoh, “Terang aja lu bela Koh Ahong, sama-sama tapir, kok!”
12. Ad baculum: Mengajukan argumen berupa ancaman dan intimidasi kepada lawan bicara. Contoh, “Kalau kamu tidak mengakui ‘kebenaran’ yang kupaparkan, sama saja kamu menentang Tuhan. Karena pendapatku merujuk pada.. Kitab Serbet!!”
13. Ipse-dixitism: Memberikan argumen dengan dasar keyakinan yang dogmatis. Contoh, “Ideologi liberalis dan kapitalis telah gagal dan hanya menyengsarakan rakyat, segera ganti dengan Syariat!” atau; “Jangan pilih manusia tapir menjadi pemimpin kalian!”
14. Poisoning the well (meracuni sumur): Menganggap tercela lawan dengan berbagai tuduhan bahkan sebelum lawan sempat bicara. Contoh, “Kalau tapir sudah memimpin, siapa yang menjamin keputusannya akan memberikan keadilan. Rusak sudah kebun binatang ini?!!”
15. Appeal to authority: Mempercayai apapun perkataan dari suatu otoritas sebagai kebenaran mutlak, tanpa menyelidikinya lebih lanjut. Contoh, “Woy! Itu yang ngomong habib besar lho, ndak mungkin salah.” Lha wong jubahnya aja XXL, kok!
16. Appeal to emotion: Memanfaatkan respon emosi, alih-alih menanggapi persoalan sesungguhnya. Contoh, “Sungguh kejam kepala daerah yang menggusur rumah warga di bantaran kali, nggak mikirin nasib rakyat.” Atau; “Mana mungkin anak pemilik pondok itu melecehkan orang.”
17. Appeal to tradition: Menganggap sesuatu benar karena sudah tradisi sejak dulu. Contoh, “Masak numpang jualan di trotoar doang gak boleh? Kita kan cari makan, Pak? Jaman gubernur dulu juga kagak pape.” Maap Buk, kita harus membiasakan yang bener, bukan membenarkan yang biasa. “Emang lu mau ngasih gua makan!!”
18. Ad novitatem: Cacat logika karena mengira semua yang bersifat baru selalu lebih baik/benar. Contoh, “Sekarang sudah jamannya EDM sama KPOP, Bro! The Beatles sama Queen mah udah djadoel kalee!”
19. Ad antiquitam: Kebalikan dari ad novitatem, mengira nilai-nilai lama selalu benar. Contoh, “Anak jaman sekarang itu pemalas, generasi rebahan, bucin, tiktokan mulu, suka ngelawan orangtua. Beda sama jaman kita, enggak pernah buka-buka Facebook acan, paling mainan gundu!”
20. No true Scotsman (bukan orang Sumedang asli): Cacat logika karena pernyataan yang tidak sesuai dengan klaimnya adalah pengecualian. Contoh, A: “Orang Sunda itu tidak berbakat jadi diplomat.” B: “Siapa bilang, Marty Natalegawa ‘kan orang Sunda? A: “Ah, dia sih dari kecilnya di Inggris.”
21. Moving the goalpost: Cacat logika karena berubah sepakat dengan argumen lawan, tapi tidak mengakuinya dan mengganti standar ke hal lain untuk menyelamatkan muka alias ngeles kayak bajaj. Contoh, “Marty boleh diplomat, tapi orang Sunda umumnya tidak bermental perantau, kok.” Masia we, Mang..
22. Two wrongs make a right: Asumsi bahwa jika terjadi tindakan salah, maka tindakan salah yang lain akan menyeimbangkannya. Contoh, “Hei Bambang, apa kabar?” “Eh Udin, baek.” “Kok lu manggil nama bapak gue?” “Nah lu duluan manggil bapak gue!”
23. Red herring: Memberikan argumen yang tidak ada kaitannya dengan topik yang dibahas, sebagai usaha untuk mendistraksi atau mengalihkan pembicaraan. “Banjir yang melanda kota kita ini disebabkan oleh air hujan yang tidak bisa kita lawan; hujan itu adalah rahmat, jadi nikmati dan sukurin aja.”
24. False analogy (analogi ngawur), “Laki-laki itu ibarat kunci dan perempuan adalah gemboknya. Kunci yang bisa membuka banyak gembok adalah kunci terbaik. Sedangkan gembok yang bisa dibuka oleh banyak kunci adalah gembok yang tidak berguna.” (Atau ini analogi yang cukup masuk akal?)
25. Personal incredulity: Cacat logika karena gagal memahami suatu konsep yang rumit, misalnya teori-teori fisika. Contoh, “Kalau memang bumi itu bulat, pesawat yang terbang lurus seharusnya lolos sampai ruang angkasa, dong?” Dijawab, “Oh, tidak! Bumi itu jelas bulat, saya punya globe-nya di rumah.” Ternyata IQ jongkok vs IQ jinjit.
26. Perfect solution: Cacat logika karena mengira solusi sempurna itu ada, dan sebuah solusi ditolak karena masalah akan tetap ada. Contoh, “KPK itu percuma saja, orang korupsi tetap ada,” atau yang epik, “Buat apa sekolah, menteri sudah ada, guru juga ada, dokter juga banyak.”
27. Black-or-white: Cacat logika karena memberikan dua pilihan walaupun ada banyak alternatif lain. Contoh, “Semua cowok sama aja, kalo gak playboy ya gay,” atau; “Lebih baik tatoan gak pakai narkoba, daripada gak tatoan pakai narkoba; kamu suci aku penuh dosah~”
29. Cherry picking: Membangun argumen hanya berdasarkan data yang menyokong klaimnya saja. Contoh, “Anak perempuan enggak usah sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya ke dapur-dapur juga.” Kecuali kalau mau tinggal di kosan kecil yang enggak ada dapurnya.
30. Cocoklogi: Memberikan pernyataan ngawur dengan mencocok-cocokkan suatu peristiwa dengan peristiwa lain sekenanya dan dipaksakan, alih-alih didukung fakta dan data valid.
Contoh, “Jangan main Quora, karena Quora dalam bahasa Planet Namex artinya Aku Yahudi.”
Contoh, “Jangan main Quora, karena Quora dalam bahasa Planet Namex artinya Aku Yahudi.”
Logis memiliki makna sesuai dengan logika, cocok dengan akal, atau masuk akal.
Kemudian, kata fallacy didefinisikan sebagai kekeliruan dalam berpikir, khususnya yang mempunyai kecenderungan menyesatkan
Kedua, Dengan demikian, logical fallacy berarti kekeliruan dalam beranggapan secara logis. Singkatnya, logical fallacy ialah kecacatan logika tersebut sendiri.